This is featured post 1 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 2 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 3 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
Rabu, 28 Maret 2012
kata-kata mutiara #20
Mungkin kita bisa berbohong kepada orang lain.Tetapi kita tidak akan bisa berbohong kepada seseorang.Yaitu diri kita sendiri (yusuf effendi)
info menarik tentang dunia #2
# Kalajengking boleh dibunuh dengan menyiramnya
menggunakan cuka. Ia akan marah dan menyengat
dirinya sendiri.
menggunakan cuka. Ia akan marah dan menyengat
dirinya sendiri.
info menarik tentang dunia #1
# Ikan paus kehilangan gigi lebih dari 6000 batang
setiap tahun, dan gigi barunya tumbuh dalam waktu
24 jam.
setiap tahun, dan gigi barunya tumbuh dalam waktu
24 jam.
Senin, 19 Maret 2012
sejarah klub wales boleh bermain di liga inggris
TAHUN ini hingga tahun depan, anomali terjadi dalam
sepak bola Inggris. Pada musim 2011-2012, untuk kali
pertama sebuah klub dari Wales bakal berlaga di Premier League alias kasta tertinggi dalam format liga sepak bola Inggris saat ini. Klub yang sukses promosi
ke Premier League melalui playoff dari Championship
itu adalah Swansea City AFC yang berjuluk ‘’si Angsa’’. Barangkali pertanyaan tersisa bagi sebagian orang,
bagaimana mungkin Wales dengan tim nasional
sendiri yang berlaga di (kualifikasi) kompetisi
antarbangsa seperti Piala Eropa dan Piala Dunia bisa
ikut di liga Inggris. Mengapa klub Skotlandia dan
Irlandia Utara tidak? Liga di satu negara yang melibatkan klub-klub
kontestan dari dua negara memang terjadi tidak
hanya di Inggris. Yang mengenal, bahkan
mengakrabi, Major League Soccer (MLS-Liga Sepak Bola Utama Amerika Serikat) mafhum pula bahwa liga
tersebut juga diikuti oleh klub-klub dari Kanada. Untuk
musim 2011, terdapat Toronto FC di Zona Timur
(Eastern) dan Vancouver di Zona Barat (Western). Namun, eksistensi klub-klub Wales di Inggris sejauh
ini masih kontroversi. Tidak hanya di domestik Wales,
tetapi juga di Inggris, bahkan di internal UEFA yang
memayungi asosiasi-asosiasi sepak bola di Eropa.
Tidak pula cuma menyangkut Swansea, namun juga Cardiff City, Newport County, Wrexham, Merthyr Town, dan Colwyn Bay di divisi-divisi di bawahnya. Sejatinya anomali tersebut bisa dipahami dengan
menilik faktor historisnya. Persatuan Sepak Bola
Wales (FAW), yang didirikan pada 1876, terbilang
sebagai salah satu asosiasi tertua di dunia. Ia
memang lebih muda 13 tahun dari FA Inggris dan tiga
tahun setelah FA Skotlandia. Berbeda dengan Skotlandia dan dua Irlandia, FAW
yang didirikan di Wales Utara secara geografis dan
sosiologis tidak hanya lebih dekat, namun juga lebih
akrab, dengan Inggris. Pada awalnya sepak bola
Wales terkonsentrasi di sekitar Wrexham. Budaya
bermain sepak bola di wilayah itu merupakan dampak pengaruh lintas batas dari Cheshire di
wilayah Inggris. Di wilayah utara itu pula pada akhir abad ke-19
kekuatan FAW terkonsentrasi mengingat di selatan
masyarakatnya lebih menyukai cabang olahraga
rugby. Sebagai negara yang mengklaim tempat lahir
sekaligus leluhur sepak bola (meskipun beberapa
literatur menyebut di China-lah sepak bola kali pertama dimainkan), Inggris berpikir pula untuk
menguatkan kuku pengaruh sepak bolanya ke Wales. Perlahan tapi pasti, sepak bola mampu menginvasi
wilayah selatan Wales. Fenomena ini bisa dilacak dari
berdirinya klub-klub profesional utama di Wales,
dimulai dari Wrexham di utara pada 1872, lalu di
selatan oleh Cardiff pada 1899 dan Swansea pada 1912. Saat berdirinya hingga 1969, Swansea City
masih bernama Swansea Town. Perubahan nama
klub tersebut mengiringi berubahnya status kota
tempatnya berpijak dari town (kota kecil) menjadi city
(kota raya). Tentu prestasi untuk Swansea City bila klub termuda
itu justru tampil sebagai yang pertama beraksi di
Premier League. Apalagi jika dihitung sejak pendirian
hingga bergabung di liga, sebenarnya Swansea
terbilang cukup lambat. Klub yang juga berjuluk The
Jack selain The Swan (si Angsa) ini bergabung ke liga pada 1921 atau sembilan tahun sejak pendiriannya. Rentang waktu yang terbilang cukup lama antara
berdirinya satu dan klub lain itu yang membuat
perkembangan sepak bola di Wales berjalan lebih
lamban dibandingkan di Skotlandia, apalagi Inggris.
Liga nasional Wales terbilang sangat telat digulirkan.
Apalagi kala itu sentimen primordial antara masyarakat di utara dan selatan juga masih tinggi.
Yang di utara membanggakan sepak bola sebagai
‘’olahraga nasional’’, sedangkan yang di
selatan memilih rugby. Sejak berdirinya FAW pada 1876 liga amatir
digulirkan, tetapi tidak menarik minat Wrexham
sebagai klub tertua untuk mengikutinya. Justru
Wrexham menyeberang mengikuti liga amatir
gabungan di Inggris yang bergulir antara 1890-1911.
Bagi Wrexham, lebih menguntungkan dan bergengsi apabila ikut liga di Inggris daripada di dalam negeri
selain belum ada klub-klub Wales yang mampu
menandinginya ketika itu. Selama dua musim pada
1894-1896, Wrexham mencoba mengikuti liga Wales
dan terbukti mampu menjuarainya secara mudah. Pada awal abad ke-20, Cardiff dan Swansea mengikuti
jejak Wrexham bersaing di Inggris. Sepanjang abad
ke-20, Cardiff merupakan satu-satunya klub asal
Wales yang mampu unjuk gigi di Inggris. Ia mampu
menggulingkan dominasi klub-klub Inggris untuk
menjuarai Piala FA pada 1927 silam. Tiga tahun sebelumnya Cardiff tampil sebagai runner-up di Divisi
Utama Liga Inggris. Namun, pada 1980-an sebelum format baru Premier
League digulirkan, giliran Swansea yang unjuk gigi
dalam perhelatan liga Inggris. Pada akhir musim
1981-1982, Swansea bertengger di peringkat keenam
Divisi Satu (saat itu kasta tertinggi) untuk yang kali
pertama diikutinya dan dalam perjalanannya mampu menekuk klub-klub tenar seperti Manchester United,
Liverpool, maupun Tottenham Hotspur. Sukses tersebut tidak lepas dari polesan tangan dingin
mendiang Harry Griffith dan John Toshack–mantan striker Liverpool, Cardiff City, dan timnas Wales.
Bersama mereka, sejak 1978 setiap tahun Swansea
selalu promosi dari semula di Divisi Empat ke Divisi
Satu. Namun, lepas 1983 Swansea kembali terperosok
ke kasta-kasta di bawahnya hingga pada 1986
terpuruk lagi di Divisi Empat. Pada 1988, mereka naik lagi ke Divisi Tiga dan
bertahan di sana hingga delapan tahun hingga musim
1995-1996 saat format baru liga mulai dikenalkan
pada 1992 dan Divisi Tiga dikenal dengan League Two.
Seperti diketahui, urutan kasta dalam liga Inggris saat
ini adalah Premier League, lalu di bawahnya adalah Divisi Championship (Divisi Satu), League One (Divisi
Dua), dan League Two (Divisi Tiga). Pada musim 1995-1996 itu, Swansea mendapatkan
pinjaman pemain muda brilian dari West Ham, Frank
Lampard (yang kini berkostum Chelsea dan gelandang
timnas Inggris) terhitung sejak Oktober 1995. Musim
mendatang, Swansea naik ke Premier League
sedangkan West Ham terdegradasi ke Championship. Lampard mengukir debutnya di Swansea pada 7
Oktober 1995 melawan Bradford City. Swansea
menang 2-0. Total sembilan kali Lampard membela
Swansea di pertandingan liga musim itu dan dua kali
di turnamen perebutan piala. Dari total laga tersebut,
Lampard menyumbang satu gol sebelum ditarik balik ke West Ham pada Januari 1996. Lepas 1996,
Swansea kembali ke masa-masa sulit dan turun lagi
ke Divisi Empat hingga 2001. Setelah itu mereka terus berbenah dan merangkak
lagi hingga mencapai League One pada musim
2005-2006. Di akhir musim 2007-2008, mereka
promosi ke Championship dan bertahan di sana
hingga memasuki musim 2010-2011. Pada akhir
musim yang baru lewat, mereka berada di peringkat ketiga dan berhak mengikuti playoff untuk tiket
promosi ke Premier League. Di bawah kendali Manajer
Brendan Rodgers, pada playoff mereka menang
agregat 3-1 atas Nottingham Forest di semifinal dan
mengalahkan Reading 4-2 pada partai final di Stadion
Wembley. Di sisi lain, sejak Inggris mengenalkan format baru
liganya pada 1992, pada 1990-an Wales juga
menggulirkan sistem barunya berupa Liga Primer
Wales. Tim-tim asal Wales yang berlaga di liga Inggris
–seperti Swansea, Cardiff, Wrexham, dan Newport—
menolak bergabung ke Liga Primer Wales. Meski demikian, mereka masih diizinkan berkompetisi di
Piala Wales (Welsh Cup) dan, tentu saja,
mendominasinya. Bagi klub-klub terkemuka tersebut, mengikuti Piala
Wales merupakan jalan tersisa untuk berlaga di
kancah Eropa. Menjuarai piala itu memberinya tiket ke
Liga Eropa (dulu Piala UEFA). Sebuah kesempatan yang
nyaris mustahil bisa didapatkan dari mengikuti liga di
Inggris. Prinsip mereka, demi prestise klub-klub itu bermain di liga Inggris, namun mencari jatah ke Eropa
lewat Piala Wales. Kondisi tersebut memunculkan kontroversi tajam.
Pada 1995, FAW akhirnya memutuskan bahwa klub-
klub asal Wales yang berlaga di liga Inggris dilarang
mengikuti Piala Wales. Namun, memasuki 2000-an
pelarangan itu dicabut. Meskipun juara Premier League Wales berhak untuk
lolos ke kualifikasi Liga Champions, FAW masih juga
kesulitan menarik minat klub-klub Wales, hingga klub
sekecil seperti Merthyr Tydfil (kini Merthyr Town).
Mereka justru ikut memilih berlaga di liga Inggris demi
gengsi. Maka, dari waktu ke waktu, klub-klub Wales pun semakin membawa sepak bolanya terintegrasi
ke Inggris.
sepak bola Inggris. Pada musim 2011-2012, untuk kali
pertama sebuah klub dari Wales bakal berlaga di Premier League alias kasta tertinggi dalam format liga sepak bola Inggris saat ini. Klub yang sukses promosi
ke Premier League melalui playoff dari Championship
itu adalah Swansea City AFC yang berjuluk ‘’si Angsa’’. Barangkali pertanyaan tersisa bagi sebagian orang,
bagaimana mungkin Wales dengan tim nasional
sendiri yang berlaga di (kualifikasi) kompetisi
antarbangsa seperti Piala Eropa dan Piala Dunia bisa
ikut di liga Inggris. Mengapa klub Skotlandia dan
Irlandia Utara tidak? Liga di satu negara yang melibatkan klub-klub
kontestan dari dua negara memang terjadi tidak
hanya di Inggris. Yang mengenal, bahkan
mengakrabi, Major League Soccer (MLS-Liga Sepak Bola Utama Amerika Serikat) mafhum pula bahwa liga
tersebut juga diikuti oleh klub-klub dari Kanada. Untuk
musim 2011, terdapat Toronto FC di Zona Timur
(Eastern) dan Vancouver di Zona Barat (Western). Namun, eksistensi klub-klub Wales di Inggris sejauh
ini masih kontroversi. Tidak hanya di domestik Wales,
tetapi juga di Inggris, bahkan di internal UEFA yang
memayungi asosiasi-asosiasi sepak bola di Eropa.
Tidak pula cuma menyangkut Swansea, namun juga Cardiff City, Newport County, Wrexham, Merthyr Town, dan Colwyn Bay di divisi-divisi di bawahnya. Sejatinya anomali tersebut bisa dipahami dengan
menilik faktor historisnya. Persatuan Sepak Bola
Wales (FAW), yang didirikan pada 1876, terbilang
sebagai salah satu asosiasi tertua di dunia. Ia
memang lebih muda 13 tahun dari FA Inggris dan tiga
tahun setelah FA Skotlandia. Berbeda dengan Skotlandia dan dua Irlandia, FAW
yang didirikan di Wales Utara secara geografis dan
sosiologis tidak hanya lebih dekat, namun juga lebih
akrab, dengan Inggris. Pada awalnya sepak bola
Wales terkonsentrasi di sekitar Wrexham. Budaya
bermain sepak bola di wilayah itu merupakan dampak pengaruh lintas batas dari Cheshire di
wilayah Inggris. Di wilayah utara itu pula pada akhir abad ke-19
kekuatan FAW terkonsentrasi mengingat di selatan
masyarakatnya lebih menyukai cabang olahraga
rugby. Sebagai negara yang mengklaim tempat lahir
sekaligus leluhur sepak bola (meskipun beberapa
literatur menyebut di China-lah sepak bola kali pertama dimainkan), Inggris berpikir pula untuk
menguatkan kuku pengaruh sepak bolanya ke Wales. Perlahan tapi pasti, sepak bola mampu menginvasi
wilayah selatan Wales. Fenomena ini bisa dilacak dari
berdirinya klub-klub profesional utama di Wales,
dimulai dari Wrexham di utara pada 1872, lalu di
selatan oleh Cardiff pada 1899 dan Swansea pada 1912. Saat berdirinya hingga 1969, Swansea City
masih bernama Swansea Town. Perubahan nama
klub tersebut mengiringi berubahnya status kota
tempatnya berpijak dari town (kota kecil) menjadi city
(kota raya). Tentu prestasi untuk Swansea City bila klub termuda
itu justru tampil sebagai yang pertama beraksi di
Premier League. Apalagi jika dihitung sejak pendirian
hingga bergabung di liga, sebenarnya Swansea
terbilang cukup lambat. Klub yang juga berjuluk The
Jack selain The Swan (si Angsa) ini bergabung ke liga pada 1921 atau sembilan tahun sejak pendiriannya. Rentang waktu yang terbilang cukup lama antara
berdirinya satu dan klub lain itu yang membuat
perkembangan sepak bola di Wales berjalan lebih
lamban dibandingkan di Skotlandia, apalagi Inggris.
Liga nasional Wales terbilang sangat telat digulirkan.
Apalagi kala itu sentimen primordial antara masyarakat di utara dan selatan juga masih tinggi.
Yang di utara membanggakan sepak bola sebagai
‘’olahraga nasional’’, sedangkan yang di
selatan memilih rugby. Sejak berdirinya FAW pada 1876 liga amatir
digulirkan, tetapi tidak menarik minat Wrexham
sebagai klub tertua untuk mengikutinya. Justru
Wrexham menyeberang mengikuti liga amatir
gabungan di Inggris yang bergulir antara 1890-1911.
Bagi Wrexham, lebih menguntungkan dan bergengsi apabila ikut liga di Inggris daripada di dalam negeri
selain belum ada klub-klub Wales yang mampu
menandinginya ketika itu. Selama dua musim pada
1894-1896, Wrexham mencoba mengikuti liga Wales
dan terbukti mampu menjuarainya secara mudah. Pada awal abad ke-20, Cardiff dan Swansea mengikuti
jejak Wrexham bersaing di Inggris. Sepanjang abad
ke-20, Cardiff merupakan satu-satunya klub asal
Wales yang mampu unjuk gigi di Inggris. Ia mampu
menggulingkan dominasi klub-klub Inggris untuk
menjuarai Piala FA pada 1927 silam. Tiga tahun sebelumnya Cardiff tampil sebagai runner-up di Divisi
Utama Liga Inggris. Namun, pada 1980-an sebelum format baru Premier
League digulirkan, giliran Swansea yang unjuk gigi
dalam perhelatan liga Inggris. Pada akhir musim
1981-1982, Swansea bertengger di peringkat keenam
Divisi Satu (saat itu kasta tertinggi) untuk yang kali
pertama diikutinya dan dalam perjalanannya mampu menekuk klub-klub tenar seperti Manchester United,
Liverpool, maupun Tottenham Hotspur. Sukses tersebut tidak lepas dari polesan tangan dingin
mendiang Harry Griffith dan John Toshack–mantan striker Liverpool, Cardiff City, dan timnas Wales.
Bersama mereka, sejak 1978 setiap tahun Swansea
selalu promosi dari semula di Divisi Empat ke Divisi
Satu. Namun, lepas 1983 Swansea kembali terperosok
ke kasta-kasta di bawahnya hingga pada 1986
terpuruk lagi di Divisi Empat. Pada 1988, mereka naik lagi ke Divisi Tiga dan
bertahan di sana hingga delapan tahun hingga musim
1995-1996 saat format baru liga mulai dikenalkan
pada 1992 dan Divisi Tiga dikenal dengan League Two.
Seperti diketahui, urutan kasta dalam liga Inggris saat
ini adalah Premier League, lalu di bawahnya adalah Divisi Championship (Divisi Satu), League One (Divisi
Dua), dan League Two (Divisi Tiga). Pada musim 1995-1996 itu, Swansea mendapatkan
pinjaman pemain muda brilian dari West Ham, Frank
Lampard (yang kini berkostum Chelsea dan gelandang
timnas Inggris) terhitung sejak Oktober 1995. Musim
mendatang, Swansea naik ke Premier League
sedangkan West Ham terdegradasi ke Championship. Lampard mengukir debutnya di Swansea pada 7
Oktober 1995 melawan Bradford City. Swansea
menang 2-0. Total sembilan kali Lampard membela
Swansea di pertandingan liga musim itu dan dua kali
di turnamen perebutan piala. Dari total laga tersebut,
Lampard menyumbang satu gol sebelum ditarik balik ke West Ham pada Januari 1996. Lepas 1996,
Swansea kembali ke masa-masa sulit dan turun lagi
ke Divisi Empat hingga 2001. Setelah itu mereka terus berbenah dan merangkak
lagi hingga mencapai League One pada musim
2005-2006. Di akhir musim 2007-2008, mereka
promosi ke Championship dan bertahan di sana
hingga memasuki musim 2010-2011. Pada akhir
musim yang baru lewat, mereka berada di peringkat ketiga dan berhak mengikuti playoff untuk tiket
promosi ke Premier League. Di bawah kendali Manajer
Brendan Rodgers, pada playoff mereka menang
agregat 3-1 atas Nottingham Forest di semifinal dan
mengalahkan Reading 4-2 pada partai final di Stadion
Wembley. Di sisi lain, sejak Inggris mengenalkan format baru
liganya pada 1992, pada 1990-an Wales juga
menggulirkan sistem barunya berupa Liga Primer
Wales. Tim-tim asal Wales yang berlaga di liga Inggris
–seperti Swansea, Cardiff, Wrexham, dan Newport—
menolak bergabung ke Liga Primer Wales. Meski demikian, mereka masih diizinkan berkompetisi di
Piala Wales (Welsh Cup) dan, tentu saja,
mendominasinya. Bagi klub-klub terkemuka tersebut, mengikuti Piala
Wales merupakan jalan tersisa untuk berlaga di
kancah Eropa. Menjuarai piala itu memberinya tiket ke
Liga Eropa (dulu Piala UEFA). Sebuah kesempatan yang
nyaris mustahil bisa didapatkan dari mengikuti liga di
Inggris. Prinsip mereka, demi prestise klub-klub itu bermain di liga Inggris, namun mencari jatah ke Eropa
lewat Piala Wales. Kondisi tersebut memunculkan kontroversi tajam.
Pada 1995, FAW akhirnya memutuskan bahwa klub-
klub asal Wales yang berlaga di liga Inggris dilarang
mengikuti Piala Wales. Namun, memasuki 2000-an
pelarangan itu dicabut. Meskipun juara Premier League Wales berhak untuk
lolos ke kualifikasi Liga Champions, FAW masih juga
kesulitan menarik minat klub-klub Wales, hingga klub
sekecil seperti Merthyr Tydfil (kini Merthyr Town).
Mereka justru ikut memilih berlaga di liga Inggris demi
gengsi. Maka, dari waktu ke waktu, klub-klub Wales pun semakin membawa sepak bolanya terintegrasi
ke Inggris.